Nitisemito adalah potret seorang sosok pengusaha
pribumi yang berhasil di jaman penjajahan Belanda. Sangatlah mengesankan
menyimak kisah perjalanan hidup dari saudagar rokok kretek Cap Bal Tiga ini, semangat
juang untuk usaha dan membesarkan usaha serta strategi pemasarannya adalah ilmu
yang bermanfaat untuk kita pelajari.
Nitisemito yang pada masa kecilnya
bernama Rusdi dibesarkan dari keluarga Haji Sulaiman, seorang kepala kampung di
Jagalan Kudus. Ia merupakan putra bungsu dari dua bersaudara yang lahir pada
tahun 1863. Jika dilihat dari nama ayahnya, maka ia dibesarkan dari keluarga
yang taat beragama. Jika dikaitkan dengan etos kerja Islam, maka Nitisemito
dibentuk atas dasar nilai-nilai kedisiplinan dan ketekunan dalam agama Islam.
Hal itu diperkuat lagi, ia sama sekali tidak mengenyam pendidikan formal ala
barat.
Jiwa kewirausaan Nitisemito semakin kuat
setelah dibentuk oleh lingkungan kerja. Semula Nitisemito bekerja sebagai carik
di Desa Jagalan karena usaha ayahnya. Akan tetapi ia merasa tidak cocok bekerja
sebagai administrator, sehingga hanya dalam hitungan bulan ia telah
mengundurkan diri sebagai carik dan pergi merantau ke Jawa Timur. Di daerah
Mojokuto, Nitisemito berdagang pakaian terutama celana kolor ukuran pendek
untuk konsumsi petani.
Pada tahun 1894 ia menikah dengan gadis pujaannya
dari Kudus bersama Nasilah. Bersama Nasilah ia mengembangkan bakat wirausahanya
dengan membuka warung dirumahnya. Barang dagangan yang dijual adalah barang kebutuhan
sehari-hari seperti beras, gula, teh, kopi. Usaha itu pada tahun 1904 diperluas
dalam bentuk persewaan dokar, jual beli tembakau, jual beli ternak kerbau, dan
sebagainya.
Nitisemito yang semula merupakan
pengusaha warung kopi, memiliki bakat dalam melinting rokok klobot. Rokok
klobot yang dihasilkan ternyata memiliki prospek yang baik, banyak langgananya
yang menikmati rokok klobot di warung kopinya merasa nyaman menikmati rokok
hasil lintinganya. Sebaran informasi tentang nikmatnya rokok klobot buatan
Nitisemito mulai meluas dalam sejumlah kecil pecandu rokok di masyarakat Kudus.
Melihat prospek yang begitu bagus dan
atas anjuran para pelanggan dan sahabatnya, Nitisemito secara khusus menggeluti
dunia rokok sebagai mata pencaharian pokok. Ia secara khusus membuat rokok yang
dijual di warungnya. Kebiasaan merokok yang berkembang dalam masyarakat Kudus,
dan Indonesia pada umumnya merupakan peluang yang begus bagi perkembangan rokok
Nitisemito. Rokok yang semula tanpa merek itu kemudian diberi merek dengan
tujuan sebagai alat identifikasi dan strategi proteksi. Semula merk rokok yang
diberikan adalah Soempil dengan gambar segitiga, kemudian berubah menjadi
Djeruk dan akhirnya menjadi Bal Tiga.
Manajemen yang dikembangkan untuk
mengelola perusahaanya menggunakan sistem abon. Dalam sistem abon, perusahaan
dikelola sebagai perusahaan perorangan pemilik perusahaan berperan sebagai
organisator, manajer sekaligus administrator. Dengan demikian semua fungsi
keuangan, prosuksi dan distribusi kesemuanya dibawah kendali keluarga
Nitisemito. Untuk memperluas pekerjaan manajerial Nitisemito mengangkat orang-orang
kepercayaan (abon).
Perusahaan rokok Nitisemito yang semula
hanya merupakan perusahaan kecil dalam perkembanganya menjadi perusahaan besar
untuk ukuran waktu itu. Pabrik rokok Nitisemito merupakan usaha manufaktur yang
memiliki tenaga kerja diatas 100 orang.
Nitisemito tidak bersedia memanfaatkan
lembaga perbangkan yang ketika itu berkembang di wilayah Kudus. Meminjam modal
di bank memiliki resiko, terutama jika terjadi gejolak politik. Ketika Jepang
masuk di Indonesia, tatanan politik menjadi kacau balau yang mengakibatkan
perusahaan-perusahaan kolaps. Pilihan Nitisemito tepat karena ia sama sekali
tidak memiliki hutang ketika terjadi perubahan politik dari penjajahan Belanda
dan pendudukan Jepang. Niti semito
berusaha menggunakan modalnya sendiri untuk keperluan produksi rokok mulai dari
pembelian peralatan pabrik, upah tenaga kerja hingga proses distribusinya.
Untuk masa itu strategi
pemasaran/Marketing Nitisemito sungguh sangat luar biasa. Promosi dalam
perusahaan Rokok Nitisemito dilakukan dengan dua cara yaitu promosi langsung (penjualan
produk di pusat keramaian) dan promosi tidak langsung (pemasangan reklame
penayangan iklan di surat kabar, memberi sponsor berbagai kegiatan olahraga dan
kesenian, serta memberikan jam dinding pada masjid besar di Kudus.
Bukankah ini mengesankan, patut kita
pelajari dan dijadikan contoh, bagaimana seorang pribumi, diera penjajahan
belanda, disaat orang-orang tertindas dijajah belanda,menjadi orang jajahan
belanda yang tak berdaya, Nitisemito tampil menggangkat harkat dan martabat
dirinya bukan orang yang bisa dijajah inlander itu. Nitisemito patut dijadikan
pahlawan, contoh dan suri tauladan bagi generasi masa kini di era globalisasi
ini untuk meniru jiwa keuletan, pantang menyerah dan disiplin Nitisemito
sebagai pengusaha bumiputera untuk mencapai sukses.
No comments:
Post a Comment